Akibat Flu Burung

Kasus kematian ratusan itik atau bebek akibat flu burung mencapai titik darurat. Kematian unggas ini sangat masif dan penyebarannya juga cepat. Di sisi lain, penanganan kasus ini dikeluhkan peternak. Mereka belum mendapat perhatian yang memadai. Sejumlah peternak di sentra peternakan itik (bebek) yang ditemui pada akhir pekan lalu hingga Minggu (6/1/2012) mengatakan, kematian itik kali ini lebih cepat dan jumlahnya lebih besar dibandingkan sebelumnya.

Hingga 1 Januari kasus flu burung telah terjadi di 10 provinsi. Pada 4 Januari telah bertambah satu provinsi lagi, yaitu Bali, sehingga seluruhnya menjadi 11 provinsi. Penyebaran kasus flu burung kali ini lebih cepat dibandingkan saat kasus ini pertama kali muncul di Indonesia pada 2003. Waktu itu kasus flu burung yang kebanyakan pada ayam hanya terjadi di tiga provinsi.

Duladi, peternak itik di Kecamatan Brebes, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, mengatakan, dalam kasus flu burung sebelumnya, kematian unggas hanya 10 ekor. Namun, dalam kasus ini, kematian unggas pada hari pertama hingga 100 ekor. ”Dulu kasus kematian bebek hanya 5-6 ekor, sekarang kematian mencapai 700 ekor,” kata Radjum, Ketua Gabungan Kelompok Tani Purwadiwangsa—yang mewadahi delapan kelompok tani ternak itik—Kecamatan Margadana, Kota Tegal, di Tegal.

Atmo Suwito Rasban, Ketua Kelompok Tani Ternak Itik Adem Ayem, Desa Pakijangan, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes, juga mengatakan kematian itik tahun ini sangat cepat. ”Penyebarannya juga sangat cepat. Di kelompok kami kematian sudah mencapai 44.000 ekor,” kata Atmo.

Ahli flu burung dari Universitas Airlangga, Surabaya, CA Nidom, mengatakan, selain patogenitas flu burung yang tergolong ganas, juga karena peternakan itik berada dekat sungai sehingga penyebarannya lebih cepat. Musim hujan juga mempercepat penyebaran virus flu burung.

Menteri Pertanian Suswono yang dikonfirmasi Kompas mengatakan, sejak dilaporkan adanya kematian yang tinggi, terutama pada itik, Oktober 2012, pemerintah segera melakukan investigasi lapangan secara intensif. Juga diterbitkan surat edaran direktur kesehatan hewan tentang kesiapsiagaan dan kewaspadaan melakukan langkah-langkah awal pengendalian penyakit flu burung.

”Kami terus melakukan pengendalian flu burung pada itik. Tantangan kita sekarang dan ke depan dalam pengendalian AI (avian influenza) memang semakin kompleks dan lebih berat karena sebetulnya tidaklah hanya mengamankan populasi itik nasional berjumlah 46.969.522 ekor berdasarkan data statistik peternakan 2012, tetapi juga harus mengamankan aset bangsa yang lebih besar lagi, yakni terhadap industri perunggasan nasional yang saat ini masih bisa bertahan swasembada,” ujarnya.

Ia juga mengatakan, jajarannya berupaya menjaga agar virus tidak menyerang ke manusia, yang dapat mengganggu ketenteraman batin masyarakat, karena bersifat zoonosis dan mudah terjadi mutasi virus. Direktur Jenderal Peternakan Syukur Iwantoro menambahkan, pemerintah melakukan berbagai upaya pengetatan lalu lintas antarprovinsi dan antarpulau.

”Kami juga melakukan pengetatan pelaksanaan keamanan peternakan di sektor 1, 2, 3, dan 4. Kami juga melakukan depopulasi terbatas dan surveilans. Selain itu, juga membentuk tim respons cepat terpadu, yang merupakan tim gabungan Kementerian Pertanian dan Kementerian Kesehatan,” katanya.

Terlalu kecil

Laporan kasus flu burung kali ini juga dinilai lambat. Sebagai contoh, data kematian unggas di Kabupaten Brebes mencapai 66.000 ekor per 1 Januari, tetapi data yang masuk ke Kementerian Pertanian baru mencapai 11.000. ”Angka itu terlalu kecil karena di kelompok kami saja sudah mencapai 44.000,” ujar Atmo.

Ia juga berharap pemerintah segera menangani masalah keuangan peternak. Mereka tidak lagi mampu membayar utang di sejumlah bank dan rentenir. ”Kami baru akan bertemu dengan pemerintah dan DPRD pekan depan untuk membahas masalah ini,” katanya.

Peternak berharap mendapat kompensasi sehingga mereka bisa kembali memulai usaha agar bisa membayar utang ke bank. Jika tidak dilakukan penanganan, peternak akan ambruk sehingga memunculkan kemiskinan baru.

”Kami mengakui suara kami memang lemah. Tidak seperti peternak ayam dan perusahaan peternakan ayam yang bisa bersuara keras sehingga pemerintah cepat merespons. Kami hanya peternak kecil dengan jumlah unggas sekitar 700 ekor, paling banyak hanya 2.000. Mungkin karena hal itu perhatian pemerintah lambat,” kata Radjum.

Vaksin

Sementara itu, upaya pengendalian pun terus dilakukan. Biang atau induk vaksin flu burung H5N1 kelompok 2.3.2 yang selama ini menyerang itik telah ditemukan.

Syukur Iwantoro, di Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, mengatakan, temuan itu didapatkan pada akhir Desember 2012. Penelitian dilakukan selama dua bulan oleh para peneliti di sejumlah pusat riset veteriner.

Syukur menyebutkan, isolat yang digunakan untuk mendapatkan biang vaksin berasal dari isolat lokal. Awalnya ada tujuh isolat lokal. Akhirnya didapat biang vaksin dari virus flu burung kelompok 2.3.2 adalah isolat virus dari Sukoharjo dengan kode IB dan IIIA.

”Ini luar biasa. Dalam waktu dua bulan para peneliti dapat menemukan biang vaksin baru dengan isolat lokal. Isolat lokal ternyata lebih efektif ketimbang menggunakan vaksin impor,” ujar Syukur.

Untuk itu, setelah rapat yang dilakukan pada 2 Januari, vaksin H5N1 subkelompok 2.3.2.1 segera diproduksi setelah inokulasi selama 35 hari. Selama menunggu proses tersebut, peternak dapat menggunakan vaksin H5N1 kelompok 2.1.3 (jenis lama), yang ternyata memiliki kemiripan dengan kelompok 2.3.2.

”Pemberian vaksin flu burung kelompok 2.1.3 dapat digunakan meskipun tidak dapat memproteksi 100 persen. Karena itu, program vaksinasi dapat diulang dua hingga lima kali dan disertai perlakuan khusus, seperti pemberian pakan, suplemen, dan manajemen pemeliharaan yang baik,” ujar Syukur.

Vaksin flu burung subkelompok 2.3.2.1, menurut rencana, akan diproduksi secara massal hingga 75 juta dosis. Ini untuk memenuhi 50 persen dari keseluruhan populasi itik yang mencapai 50 juta ekor di Indonesia.

Pihak Kementerian Pertanian bekerja sama dengan produsen pembuat vaksin untuk memenuhi kebutuhan itu.

Anda sedang membaca artikel Akibat Flu Burung dan artikel ini url permalinknya adalah http://discbox.blogspot.com/2013/01/akibat-flu-burung.html
Semoga artikel Akibat Flu Burung ini bisa bermanfaat.

0 komentar:

Posting Komentar